Kamis, 14 April 2011

Mainan Tradisional Sarat Edukasi

Jaran kepang yang dibuat dari bambu
Pandangan mata ini kok tiba-tiba terhenti untuk memandang mainan kuda-kudaan... sesaat memoriku mengingat masa kecil. Ketika itu sih belum ada remote control, game online, apalagi ps. Ini dia mainanku dulu.



Berjalan menyusuri citywalk di kotaku, seperti mengisyaratkan untuk mampir sejenak di Sriwedari. Taman rakyat di jantung kota. Ditambah taman hiburan dengan wahana bermain anak-anak hingga gedung wayang orang.


Diseberang, dulu pernah kutemui hiruk pikuk orang-orang yang hendak nonton bioskop, Solo Theatre namanya. Kuingat saat itu, waktu keluar film perdana Sherina dengan mbak Mira Lesmana, ampun deh panjangnya antrian persis seperti orang yang gak pernah nonton film. Juga saat muncul film AADC. Sebab sebelum-sebelumnya, habit nonton masyarakat di kotaku ini belum sebegitunya. Yah, mungkin karena film-film yang ada banyak yang impor. Bapak simbok mana ngeh, pilih liat kethoprak aja. Tapi gedung bioskop itu kini mangkrak. Keramaian itu kini berubah jadi kesunyian. Bagian bangunan malah jadi rusak dan tak bernyawa lagi. Tapi ya sudahlah, mungkin begitulah bisnis. Tak tahulah.

Kembali ke mainan tradisional. Sepertinya masih ada penggemarnya. Kulihat jaran kepang, kuda-kudaan, pecut, wayang, topeng, dakon, peralatan memasak (pasaran), mainan gamelan dan beberapa lainnya. Dulu sekali, mudah menemukan toko atau kios yang menjual benda-benda berharga ini (dulu aku berpikirnya kayak gitu hehehe..).

Sekarang sulit sekali mencari penjual mainan tradisional ini. Yang menjamur sih warnet-warnet, rental ps, dan sebagainya. Yah, mungkin di kota manapun juga seperti ini siklusnya. Tapi romantisme ini ternyata masih menyisakan harap. Bahwa semoga masih banyak, anak-anak yang menggandrungi mainan-mainan bernilai edukasi tinggi ini. Sebab, dari permainan tradisional inilah, value kehidupan dapat diperoleh. Bagaimana tidak, permainan ini tidak asyik kalau dilakukan sendirian, makanya pasti akan mengundang teman dan sahabat untuk turut bergabung.
Topeng-topeng kayu

Sosialisasi dapat, kinestetik juga dapat, belum lagi jika ujung-ujungnya pada berebutan dan ada pertengkaran, belajar menyelesaikan masalah dengan seanggun & secantik mungkin. Dan inilah arena edukasi yang sulit ditandingi oleh peran game-game yang marak berkembang di era ini. Ini just pilihan-pilihan, yang bisa disikapi dengan bijak dan imbang.

4 komentar:

  1. Anak-anak memang membutuhkan mainan edukatif yang sesuai dengan usianya. Permainan yang melatih anak untuk sabar, kreatif dan bekerja sama dengan teman sangat mendukung pembentukan karakter anak.

    BalasHapus
  2. Betul bu leni, tak harus mahal. sal bermanfaat dan memiliki value tinggi. makasih udah mampir ke lapakku...

    BalasHapus
  3. Ada muatan pendidikan yang tinggi, mudah didapat dan menyehatkan.

    BalasHapus
  4. sangat setuju bunda...mari sekalian lestarikan budaya kita.

    salam, matur nuwun dah mampir ke lapak rakhma

    BalasHapus

Karya Pelangi

Karya Pelangi
Kumpulan kisah inspiratif dari pemenang kompetisi "Pelangi"

Panggil Aku, dengan Cinta

Panggil Aku, dengan Cinta
Kolaborasi 50 penulis cilik & para guru dari sebuah kelas inklusi.

Pandang Aku, dengan Cinta

Pandang Aku, dengan Cinta
Kolaborasi 50 penulis cilik & para guru # seri 2

KARYA BUKU

KARYA BUKU
Aurel Temanku, penggalan-penggalan kisah dalam fiksi biru 2014.

KARYA BUKU

KARYA BUKU
Judul: 110 Trik Cepat CorelDraw untuk Pemula, Gramedia, Jakarta 2008.

KARYA BUKU

KARYA BUKU
Rakhma untuk Sasa, gadis cilik dikelasku