Sebelum bel berbunyi, sekitar lima hingga enam orang anak asyik
membaca buku yang terpajang di rak baca kelas. Sementara siswa-siswi yang lain
sepertinya belum tertarik dengan buku. Saya dulu melihat hal semacam ini hampir
setiap tahun. Sudut baca di kelas hanya mampu menarik minat baca anak-anak
sepekan pertama. Setelahnya adalah pembaca-pembaca militan yang setia dan selalu
rindu dengan buku. Meskipun ditambah koleksi bukunya dari donasi anak yang
membawa bacaan di rumah. Inipun yang membawa buku, mereka inilah yang saya
sebut dengan pembaca militan tersebut. Saya mempercayai, anak-anak inilah
pembaca cilik yang setia dan terbiasa dengan buku di lingkungan rumahnya masing-masing. Artinya, dari rumahpun telah
tertanam kebutuhan membaca dan memahami isi buku bacaan. Karena biasanya, referensi bercerita mereka (baik secara tertulis maupun verbal), rupanya lebih kaya kosakata daripada anak-anak yang jarang membaca buku.
Deklarasi UNESCO juga menyebutkan
bahwa literasi informasi terkait juga dengan kemampuan untuk mengidentifikasi,
menentukan, menemukan, mengevaluasi, menciptakan secara efektif dan
terorganisasi, menggunakan dan mengomunikasikan informasi untuk mengatasi
berbagai persoalan-persoalan. Kemampuan-kemampuan itu perlu dimiliki tiap
individu sebagai syarat turut serta berpartisipasi didalam masyarakat
informasi, dan itu bagian dari hak dasar manusia menyangkut pembelajaran
sepanjang hayat.